PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hadirnya tanaman hias di ruang-ruang perkantoran, hotel, restoran, atau perumahan kini tidak hanya sekedar untuk estetika. Beberapa pengguna tanaman indoor mengatakan bahwa pemakaian tanaman indoor sudah menjadi kebutuhan, khususnya di kalangan masyarakat perkotaan. Diantara jenis-jenisnya dikenal pula tanaman indoor yang eksklusif (Redaksi Trubus, 1998).
Aglaonema telah menjadi primadona tanaman hias dengan harga gila-gilaan, dijual dengan hitungan rupiah per daunnya, tidak tanggung-tanggung perdaun bisa diatas 50 ribu rupiah. Aglaonema sendiri dikenal dengan nama Sri Rejeki dengan nama latin Aglaonema pictum sebagai jenis asli Indonesia. Aglaonema masuk dalam famili Araceae atau talas-talasan yang terdiri dari 32 suku (http://pramesiku.blogspot.com, 2008).
Keindahan tanaman ini menarik simpati sehingga banyak orang yang menanam dan merawatnya. Cara menanam yang sangat umum dilakukan yaitu dengan cara menggunakan tanah. Namun, bila kebersihannya tidak terjaga, ruangan menjadi sangat kotor oleh tanah. Untuk mengatasi hal ini, alternatif yang tepat yaitu bertanam dengan cara hidroponik. Hidroponik berasal dari kata hydro (air) dan ponos (kerja). Istilah ini diusulkan oleh W.A.Setchell sehubungan dengan keberhasilan W.F.Gericke mengembangkan teknik baru cara bercocok tanam. Gericke mengalami kesulitan dalam mencari istilah yang cocok untuk hasil percobaannya. Teknik baru yang dicobanya adalah bercocok tanam air sebagai medium tanam. Pada mulanya dipakai istilah aquaculture, namun karena istilah ini sudah dipakai pada kegiatan lain maka dicari istilah baru. Akhirnya istilah hidroponiklah yang dipakai untuk percobaannya (Tim Penulis PS, 1992).
Menanam tumbuhan rumah dalam air, sudah sejak lama dilakukan di Eropa. Sejmlah pabrik telah menghasilkan tempat-tempat terbuat dari bermacam-macam kata yang terbentuk bagus untuk memenuhi kebutuhan ini. Di Amerika tempat-tempat seperti ini masih kurang umum, sehingga orang-orang disana masih harus mengendalikan pada kreativitas masing-masing. Pada kenyataannya, tempat apa pun yang kedap air dan besar ukurannya dapat digunakan (Nicholls, 1994).
Cara penanaman diatas air belakangan ini malah sudah banyak ditinggalkan dan diganti dengan cara penanaman diatas media lain yang lebih praktis, mudah didapat dan dilakukan. Istilah yang digunakan pun berubah menjadi hydroponic, yang berarti hydro (air) dan ponics (pengerjaan). Sebab tanaman yang ditumbuhkan dalam air kurang mendapat sambutan dibandingkan dengan menggunakan media lain seperti pasir, kerikil, sebagai tempat menancapkan tanaman (Lingga, 1999).
Sistem produksi tanaman hidroponik dapat diganti dari simpel yang sangat kompleks pada kontruksi dan pengaturannya. Sistem hidroponik yang benar digunakan bukan pada media tumbuh, tanaman didukung dengan bahan kimia dan nutrisi yang disuplai dari solusi penyaringan hidroponik (http://www.wikipedia.com, 2008).
Penyerbukan dalah suatu proses perpindahan serbuk sari ke kepala puti baik dari tanaman yang sejenis maupun yang tidak sejenis. Normalnya, senua biji maupun bunga untuk memperoleh hasil panen tergantung pada proses penyerbukan itu sendiri merupakan suatu prose jatuhnya serbuk sari dari bunga jantan ke kepala putik dari bunga betina (Arya, 1999).
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan Aglaonema (Aglaonema sp.) secara hidroponik.
Kegunaan Percobaan
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi untuk pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut http://wapedia.mobi/id/ (2008), botani tanaman aglaonema adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Family : Araceae
Genus : Aglaonema
Spesies : Aglaonema sp.
Aglaonema mempunyai akar serabut. Akar serabut tampak berisi (gemuk) dan berwarna putih bila kondisi akar cukup sehat. Sementara tanaman yang sakit, akarnya kurus dan berwarna coklat (Leman, 2002).
Batang aglaonema termasuk pendek, tertutup oleh daun. Batang umumnya berwarna hijau muda, putih, atau berwarna merah muda. Batang tersebut tidak berkayu dan banyak mengandung air (Leman, 2002).
Jenis aglaonema ini tampak eksotik. Daunnya berwarna hijau, sedangkan daun yang muda berwarna lebih terang. Tulang-tulang daunnya tampak jelas dan berwarna krem sedikit kemerahan. Demikian juga tangkai daunnya berwarna krem sedikit kemerahan. Panjang daun 20 – 30 cm dan lebarnya 10 – 12 cm (Redaksi Trubus, 1998).
Munculnya bunga pada tanaman agalonema akan menjadi penghambat pertumbuhan daun. Warna akan menjadi kusam dan kasat. Bunga aglaonema ternyata butuh makanan ekstra untuk proses pertumbuhan dan pembesarannya. Itu semua karena aglaonema yang berbunga akan memproduksi biji-biji, ibarat ibu-ibu hamil akan mengorbankan bentuk tubuhnya untuk perkembangan si janin, begitu juga dengan aglaonema (http://www.speedytown.com, 2008).
Untuk mendapatkan biji, aglaonema harus melangsungkan perkawinan dengan bertemunya benang sari (kelamin jantan) dan putik (kelamin betina) untuk menghasilkan bunga. Istilahnya penyerbukan. Bila berhasil, bunga berubah menjadi buah yang berisi biji. Inilah calon tanaman baru (Budiana, 2006).
Syarat Tumbuh
Iklim
Sesuai dengan sifat aslinya, aglaonema memerlukan tempat teduh atau ada naungan. Temperatur yang optimal untuk aglaonema antara 24-29 oC pada siang hari dan 18-21 oC pada malam hari. Adapun kelembaban optimal sekitar 50% (Leman, 2002).
Aglaonema di alam ditemukan di hutan-hutan dataran rendah dengan pencahayaan terbatas. Ia membutuhkan 1000 – 25.000 cahaya lilin tanpa langsung terkena sinar matahari. Walaupun pada kondisi cahaya kurang dari 150 cahaya lilin pun dia tetap tumbuh di nurseri yang dilengkapi shading net (Trubus, 2005).
Intensitas sinar matahari berkisar antara 10 – 30%, kelembaban yang cocok untuk merawat aglaonema adalah 50 – 70%, di kisaran itu tanaman tumbuh baik, lebih dari 75% dapat menyebabkan tumbuhnya cendawan pada media tanam (http://infokebun.wordpress.com, 2008).
Lokasi yang ideal untuk merawat aglaonema adalah daerah yang berketinggian 300 – 400 m dpl, namun tidak menutup kemungkinan juga dapat tumbuh baik di dataran rendah (http://infokebun.wordpress.com, 2008).
Tanah
Lokasi yang ideal untuk merawat agleonema adalah daerah yang berketinggian 300 – 400 m diatas permukaan laut. Aglaonema dapat tumbuh dengan baik pada media dengan pH 7 atau disebut juga pH netral yang kaya akan zat hara, angka pH yang selisih 0,5 – 1 masih dianggap pH ideal (http://infokebun.wordpress.com, 2008).
Tanaman aglaonema umumnya tumbuh subur pada jenis tanah podsolik merah kuning (PMK), latosol, dan andosol. Tanaman ini membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerase dan drainase baik, subur, gembur, banyak bahan organik (http://www.infokebun.wordpress.com, 2008).
Apabila tanah yang digunakan sebagai media tanam, maka pupuk yang diberikan hanya sebagai pelengkap saja. Sebab, unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman sudah tersedia secara alami di dalam tanah (Tim Penulis PS, 1998).
Hidroponik
Hidroponik adalah sebuah istilah yang menaungi banyak macam metode. Prinsip-prinsip dasar hidroponik dapat diterapkan dalam macam-macam cara yang dapat disesuaikan dengan persyaratan-persyaratan finansial maupun keterbatasan ruang pada tiap orang yang ingin mengerjakannya (Nicholls, 1992).
Untuk persemaian dapat digunakan media berupa pasir halus, arang, sekam, jiffi (gambut), atau rockwoll. Dari macam-macam media tersebut yang sering digunakan adalah pasir halus karena kondisi media yang cocok dengan persemaian dan harganya yang murah serta mudah diperoleh (Prihmantoro dan Indriyani, 2000).
Sebagai pengganti tanah bisa digunakan air, kerikil, atau bahan lainnya untuk media. Batu apung adalah salah satu alternatif media yang dapat digunakan untuk berhidroponik karena mudah diperoleh dan cukup ringan. Sebelum digunakan, media ini dipotong-potong berukuran sekitar 2-3 cm, atau dapat juga lebih besar sesuai dengan ukuran pot yang akan digunakan. Agar tanaman tidak tercemar bibit hama atau penyakit, maka media ini harus dibersihkan terlebih dahulu. Dalam hal ini, media tidak berfungsi sebagai tanah, tetapi sebagai pembantu tegaknya tanaman. Disamping itu, juga sebagai perantara untuk memenuhi kebutuhan makanan (nutrien) (Tim Penulis PS, 1992).
Bercocok tanam dengan cara hidroponik sangat banyak keuntungannya terutama bagi para hobiis yang berada di kota-kota besar. Halaman rumah yang sempit atau tidak mempunyai halaman rumah sama sekali bukanlah merupakan halangan yang berarti untuk memelihara tanaman hias. Cara ini juga akan memudahkan pemeliharaan tanaman agar bebas dari kotoran, hama, dan penyakit. Disamping keuntungan-keuntungan yang telah disebutkan, masih ada keuntungan lain dari berhidroponik. Daiantaranya adalah tanaman hias akan tumbuh lebih subur, pemakaian pupuk dan air lebih hemat, metode kerja lebih praktis, tidak membutuhkan tenaga kasar, dan tidak banyak memakai peralatan (Tim Penulis PS, 1998).
Banyak alternatif lainnya, seperti batu apung, pecahan batu bata, atau genteng, pasir, arang kayu, arang sekam, pakis, sabut. Prinsipnya media tersebut harus bersifat porous (berongga) untuk sirkulasi udara, mudah menyerap air, tidak cepat lapuk, akar mudah menempel, dapat menyimpan zat hara, dan tidak mudah menjadi sumber penyakit (http://dedesuhaya.blogspot.com, 2008).
Sistem pengairan hidroponik bila dilakukan secara manual akan sangat merepotkan, sementara bila dilakukan secara otomatis butuh energi dan bahan yang tidak sedikit, perlu pompa listrik, selang, pengatur, dan sebagainya (http://dedesuhaya.blogspot.com, 2008).
Bayfolan
Ada 13 jenis unsur hara yang sangat diperlukan atau harus tersedia bagi tanaman. Unsur tersebut dikenal dengan sebutan unsur hara essensial. Ada yang diperlukan dalam jumlah banyak sehingga disebut unsur hara makro, ada juga yang diperlukan dalam jumlah yang sangat sedikit disebut unsur hara mikro. Unsur hara makro terdiri dari unsur N, P, K, Ca, Mg, S. Unsur hara mikro terdiri dari unsur Zn, Mn, B, Cl, Fe, Mo, Cu, dan Tembaga. Pupuk anorganik atau pupuk kimia ada yang merupakan senyawa tunggal seperti Urea, TS, dan KCl. Ada juga yang merupakan senyawa majemuk seperti NPK, Gandasil, Hylonex, Bayfolan, Surplus, dll. Bentuknya pun bermacam-macam misalnya bubuk, kristal, butiran, prill, ataupun cairan (Prihmantoro, 1997).
Pupuk daun disemprotkan melalui daun. Selain akar, daun merupakan organ tanaman yang sangat efektif untuk pemupukan. Daun mampu menyerap unsur hara yang terkandung dalam pupuk daun yang disemprotkan ke bagian ini secara tepat. Bahkan, pupuk lebih cepat diserap melalui daun daripada akar. Oleh karena itu, bila diketahui bahwa suatu tanaman kekurangan unsur hara tertentu maka penambahan yang efektif adalah melalui pemupukan lewat daun (Hartus, 1997).
Pupuk daun bayfolan adalah pupuk anorganik yang dirancang sebagai makanan seimbang yang lengkap untuk berbagai jenis tanaman (http://etd.library.ums.ac.id, 2008).
Pupuk daun bayfolan mengandung unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, dan S) dan mikro (B, Fe, Mn, Cu, Zn, Mo, Co, dan Cl), mengandung antibiotik (pemusnah kuman) serta vitamin yang berfungsi mengaktifkan sel-sel yang rusak atau mati, mendorong pertumbuhan sel-sel baru, merangsang pertumbuhan batang, daun lebih menghijau serta bunga lebih meningkat (http://etd.library.ums.ac.id, 2008).
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian 25 m dpl. Percobaan dilakukan pada hari Rabu tanggal 27 Agustus 2008 sampai tanggal 27 Oktober 2008.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah tanaman aglaonema (Aglaonema sp.) sebagai objek percobaan, batu apung sebagai media tanam, bayfolan sebagai penyuplai nutrisi, air sebagai bahan pelembab tanaman.
Adapun alat yang digunakan adalah pot hidroponik sebagai media tanaman, pipa paralon sebagai pengukur ketinggian air, gabus sebagai pemberat lidi, dan penggaris untuk mengukur ketinggian air.
Prosedur Percobaan
- Disterilkan batu apung dengan cara merebus selama 30 menit.
- Dibersihkan alat tanaman dari kotoran dan bagian tanaman yang sudah mati.
- Dimasukkan batu ± 1/3 bagian dari pot dan dimasukkan pipa paralon tegak di pinggir pot.
- Dimasukkan tanaman dan diisi batu hingga menutupi akar tanaman.
- Dimasukkan gabus yang telah dicucuk dengan lidi untuk mengetahui ketinggian air pada pot.
- Setelah seminggu diberi pupuk bayfolan.
- Diamati tanaman setiap minggu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tanggal
Pengamatan Jumlah Daun Observasi Visual
27 Agustus 2008 4 Keadaan daun segar
03 September 2008 4 Keadaan daun segar
air berkurang
10 September 2008 4 Keadaan daun segar
17 September 2008 4 Keadaan daun segar
1 kuncup daun tumbuh
23 September 2008 5 Keadaan segar
08 Oktober 2008 5 Keadaan segar
15 Oktober 2008 5 Keadaan segar.
22 Oktober 2008 5 Keadaan segar
29 Oktober 2008 5 Keadaan segar
Pembahasan
Dari hasil percobaan, dapat dilihat bahwa tanaman aglaonema berkembang walau hanya sedikit saja perkembangannya. Pada awal penanaman jumlah daunnya ada 4 tetapi setelah 2,5 bulan jumlah daun bertambah menjadi 5. Hal ini terjadi karena pada sistem hidroponik, makanan (nutrien) tetap disalurkan, karena fungsi batu apung pada sistem ini adalah untuk menegakkan tanaman dan juga untuk mentransfer makanan (nutrien). Hal ini sesuai dengan literatur Tim Penulis PS (1998) yang menyatakan bahwa dalam hal ini, media tidak berfungsi sebagai tanah, tetapi sebagai pembantu tegaknya tanaman. Disamping itu, juga sebagai perantara untuk memenuhi kebutuhan makanan (nutrien).
Pada percobaan, pupuk yang digunakan adalah pupuk bayfolan. Pupuk bayfolan merupakan salah satu pupuk daun. Aplikasi pupuk daun selalu disemprotkan ke daun dan daun merupakan organ tanaman yang sangat efektif dalam menyerap unsur hara. Itulah sebabnya mengapa pada hidroponik yang digunakan pupuk bayfolan. Hal ini sesuai dengan literatur Hartus (1997) yang menyatakan bahwa pupuk daun disemprotkan melalui daun. Selain akar, daun merupakan organ tanaman yang sangat efektif untuk pemupukan. Daun mampu menyerap unsur hara yang terkandung dalam pupuk daun yang disemprotkan ke bagian ini dengan cepat. Bahkan pupuk lebih cepat diserap oleh daun daripada oleh akar.
Ada beberapa keuntungan dari hidroponik yaitu lebih hemat air karena tidak terlalu sering memberi air kepada tanaman, tanaman juga bebas dari kotoran. Hal ini sesuai dengan literatur Tim Penulis PS (1998) yang menyatakan bahwa disamping keuntungan-keuntungan lainnya masih ada keuntungan lainnya yaitu tanaman hias akan tumbuh lebih subur, pemakaian pupuk dan air lebih hemat, metode kerja lebih praktis, tidak membutuhkan tenaga kasar , dan tidak banyak peralatan.
Ada beberapa kerugian hidroponik yang dilakukan secara manual yaitu pengurusan yang repot. Hal ini sesuai dengan literatur http://dedesuhaya.blogspot.com (2008) yang menyatakan bahwa sistem pengairan hidroponik bila dilakukan secara manual akan sangat merepotkan, sementara bila dilakukan secara otomatis butuh energi dan bahan tidak sedikit, perlu pompa listrik, selang, pengatur, dan sebagainya.
Pada percobaan, media yang digunakan adalah batu apung karena batu apung memiliki bagian yang berporous (berongga) sehingga terjadinya siklus udara pun gampang. Hal ini sesuai dengan literatur http://dedesuhaya.blogspot.com (2008) yang menyatakan bahwa banyak alternatif lainnya, seperti batu apung. Prinsipnya media tersebut bersifat porous (berongga) untuk sirkulasi udara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Keuntungan hidroponik adalah lebih hemat air, karena tidak terlalu sering memberi air dan pemakaian pupuk lebih hemat.
2. Kerugian dari hidroponik adalah pengurusannya yang sangat merepotkan
3. Batu apung digunakan sebagai media tanam karena batu apung memiliki bagian yang berporos, sehingga terjadi sirkulasi udara gampang.
4. Bayfolan digunakan sebagai penyedia nutrien, karena pupuk daun lebih cepat diserap tanaman daripada pupuk akar.
5. Selama percobaan, pertumbuhan aglaonema tidak mengalami penurunan pertumbuhan, mulai dari awal hingga akhir daun selalu tampak segar dan hijau.
Saran
Sebaiknya penandaan pada lidi lebih teliti, agar dapat dipastikan langsung apakah air dalam media tanam telah berkurang.
LAMPIRAN
Tuesday, September 15, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment